DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN TRADISIONAL TERHADAP POPULASI ANOPHELES (THE EFFECT OF TRADITIONAL MINING ACTIVITIES TO THE ANOPHELES POPULATION)

Lingkungan Tropis, vol. 2, no. 2, September 2008: 85-90
MM. Sintorini
JurusanTeknik Lingkungan, UniversitasTrisakti
Jalan Kiai Tapa, Grogol - Jakarta

Email: sintorini2004@yahoo.com

Abstrak
50% penduduk Indonesia tinggal didaerah endemik malaria, dengan perkiraan 30 juta kasus setiap tahun diseluruh dunia. Pencegahan penyakit malaria yang pada umumnya terjadi di sekitar lokasi penambangan ini sudah dilakukan dengan menggunakan rancangan ecologic study. Tetapi bukan hanya penerapan aktif dari rancangan tersebut saja yang harus dilakukan namun melibatkan  masyarakat juga untuk meningkatkan kemandirian dalam pencegahan dan penanganan kasus penyakit malaria.
Kata kunci: cekungan penambangan, Man Biting Rate, dan malaria

Pendahuluan
1. Penyakit malaria masih merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat di negara-negara tropis, juga di Indonesia. Letak geografis, lingkungan ekologi dan kondisi sosial budaya masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit ini.
2. Di Indonesia penyakit malaria tersebar dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda (Departemen kesehatan, 1993).

Metode
1. Pengambilan sampel nyamuk stadium dewasa
 2. Kepadatan populasi nyamuk menggigit dihitung rata-rata per orang per jam
3. Perbandingan nyamuk yang mengigit di luar dan dalam rumah di lakukan melalui uji t, sedangkan angka Man biting rate (MBR) diperoleh dari nyamuk yang tertangkap di luar dan dalam rumah selama pengamatan.
Indeks keragaman spesies dihitung berdasarkan rumus Shanon dalam Kettle (1984) yaitu:
H= - E Pi log Pi.
Dimana :
H : indeks keragaman spesies
Pi : proporsi spesies (perbandingan banyaknya nyamuk suatu spesies dan jumlah semua
nyamuk dari berbagai spesies yang tertangkap).

Hasil dan Diskusi

1. Pengamatan selama 20 bulan di Kecamatan Cineam, diketahui bahwa populasi nyamuk Anopheles di wilayah ini cukup tinggi
2. Bekas-bekas galian yang ditinggalkan masyarakat, yaitu berupa lubang-lubang yang saat ada hujan dengan mudah menjadi area genangan.
3. Kelimpahan nisbi tertinggi adalah pada nyamuk An.barbirostris mencapai 50,1% kemudian diikuti nyamuk An.vagus 20,73% dan An.aconitus 10,44%. Sedangkan proporsi terendah pada nyamuk An.tesselatus 0,08% dan An.annularis 0,75%.
4. Keberadaan Anopheles sangat terkait dengan kondisi ekologi di tempat
tersebut.

Kesimpulan

1. Adanya kegiatan penambangan tradisional sangat berpotensi menjadi pencetus tingginya populasi 
Anopheles. 
2. Kelimpahan nisbi Anopheles spp yang tertangkap dengan berbagai cara penangkapan di daerah endemis malaria, proporsi kelimpahan nisbi tertinggi pada nyamuk An.barbirostris mencapai 50,1% kemudian diikuti nyamuk An.vagus 26,73% dan An.aconitus 10,44%. Sedangkan proporsi terendah pada nyamuk An.tesselatus 0,085% dan An.annularis 0,75%.
3. Indeks MBR dari kedua spesies Anopheles pada setiap bulannya berbeda yang selama 20 bulan dengan jumlah penangkapan sebanyak 40 kali An.barbirostris mempunyai Indeks MBR mencapai 1,35 ekor/orang sedangkan An.aconitus lebih kecil hanya 0,7 ekor /orang. 


Daftar Pustaka
Bretas, G. Geographyc Information Systems for the Study and Control of Malaria, diakses 2 mei 2002; http://www.idrc.ca/books/focus /766/bretas.html. 1996.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Malaria, Buku I: Epidemiologi, Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Mnular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. 1993.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. 2001.
Kettle, D.S. Medical and Veterinary Entomology. Chroom Helm London & Sidney, Sydney. 1984.
Laihad, F.J., (2005), “Kebijakan Pengendalian dan Pengobatan Malaria di Indonesia”. Seminar Nasional
Parasitologi dan Entomologi dalam rangka Peringatan Hari Nyamuk ke V di Bandung Tanggal 19Agustus 2005.
Mardihusodo, S.J. “Pendekatan Epidemiologis serta Aplikasi teknologi Penginderaan Jauh Sistem Informasi Strategis untuk Pemberantasan Malaria”. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Pokja Indrejakes FK UGM, Sekip Utara, Yogyakarta. 2001.
Mulyono, A.H. Model Kuantitatif Pengendalian Penyakit Malaria di Kecamatan Pitujuh Kabupaten Purworejo.
Warta Litbang Kesehatan, Vol. 6 (1), Jakarta. 2002.
Najera, J.A., and Zaim, M. World Health Organization Communicable Disease Control, Prevention and Eradication, WHO Pesticide Evaluation Scheme (WHOPES), Malaria Vector Control, Decision
Making Criteria and Procedure for Judicious Use of Insecticides. WHO/CDS/WHOPES/2002.5 Rev.1 2003

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN TRADISIONAL TERHADAP POPULASI ANOPHELES (THE EFFECT OF TRADITIONAL MINING ACTIVITIES TO THE ANOPHELES POPULATION)"

Posting Komentar