Bonus Demografi: "Menyambut Aksi Para Pemuda Produktif"
Indonesia
semakin melesat cepat dibandingkan negara lain,
ini bukan membahas sebuah prestasi bidang olahraga, atau pun bidang
akademik. Melainkan kecepatan ini terdapat pada pemangkasan jumlah penduduk
non-produktif, dengan berbagai strategi dan cara seperti salah satunya Keluarga
Berencana (KB) yang diadakan oleh Badan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) semuanya berjalan cepat demi tercapainya Bonus
Demografi. Bonus demografi. Bisa jadi istilah yang asing bagi masyarakat awam
yang belum paham dan banyak menelisik pengertian, manfaat, dan juga mudaratnya.
Tapi mungkin juga istilah tersebut sudah tidak asing di telinga kita, khususnya
kita para mahasiswa, karena jiwa skeptis yang sangat tinggi pada mahasiswa.
"Kami optimistis
menyambut bonus demografi melihat profil anak muda yang saat ini sedang
dipersiapkan untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin, bekerja dengan baik
hingga.
menyiapkan masa depan yang lebih cerah," Kepala BKKBN, Fasli Jalal
dalam sebuah artikel, kemudian apa itu Bonus Demografi, mengapa itu menjadi
objek yang sangat dikejar-kejar oleh banyak negara?
Bonus
adalah keuntungan atau gratifikasi yang biasanya bersifat menggembirakan bagi
siapapun yang menerimanya. Banyak orang berharap bisa menerima bonus. Misalnya,
bonus (pembayaran tambahan di luar gaji) dari kantor, bonus saat berbelanja,
bonus penggunaan sarana atau prasarana, dan sebagainya. Tahukah Anda, ada juga
bonus yang diharapkan oleh suatu negara? Bonus itu berasal dari aspek
kependudukan yang disebut ‘bonus demografi’. Bonus demografi (demografic
dividend) merupakan keuntungan atau peluang yang akan didapat oleh suatu negara
jika mencapai kondisi rasio ketergantungan rendah karena jumlah penduduk usia
produktif (15−64 tahun) lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia
nonproduktif (anak-anak dan lansia). Kondisi itu dapat terbaca dari perubahan
komposisi penduduk menurut umur. Rendahnya rasio ketergantungan (dependency
ratio) menguntungkan secara ekonomis karena berpotensi mendukung peningkatan
kesejahteraan penduduk. Besarnya proporsi penduduk usia produktif juga berguna
bagi kelangsungan pembangunan. Baca selengkapnya>>
Indonesia akan mengalami puncak nya
demografi di tahun 2020-2030. Apakah hal tersebut akan memberikan banyak peluang bagi Indonesia? Ataukah hal tersebut hanya
akan menambah beban masalah bagi Indonesia? Hal ini sangat menarik untuk kita
ulas.
Peningkatan jumlah penduduk
produktif di Indonesia bisa jadi menjadi pisau bermata dua. Para ahli menyebut
bahwa datangnya fase bonus demografi bisa berdampak positif (menguntungkan)
ataupun negatif (membawa bencana).
Begitulah, pada satu sisi fase
bonus demografi memang menguntungkan. Rasio ketergantungan yang rendah dapat
sangat menguntungkan karena anggaran negara yang semestinya diperuntukkan bagi
usia non-produktif bisa dialihkan untuk pembangunan sektor-sektor lain secara
lebih merata. Keuntungan juga bisa diperoleh dari melimpahnya penduduk usia
produktif karena berpotensi untuk memicu pertumbuhan ekonomi, yang selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Akan tetapi sebaliknya, fase bonus
demografi akan berpotensi menjadi bumerang yang membawa bencana. Hal itu akan
terjadi jika ledakan jumlah penduduk usia produktif tidak seluruhnya terserap
dalam pasar kerja. Tanpa lapangan kerja, melimpahnya usia produktif identik
dengan ledakan pengangguran. Meningkatnya pengangguran tentu akan berdampak
buruk bagi stabilitas ekonomi maupun sosial.
Jadi apakah Bonus demografi akan
menjadi sebuah keuntungan bagi negara Indonesia dengan jumlah penduduk
produktif yang banyak. Semua tergantung pada persiapan yang dilakukan.
Ketika jumlah penduduk usia
produktif lebih besar dimana usia produktif nya seluruhnya bekerja dan
menghasilkan sesuatu, itulah arti yang sebenarnya dari bonus demografi. Bagi
saya, hal ini merupakan jendela kesempatan untuk Indonesia dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sekaligus peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia jika
banyaknya penduduk usia produktif seimbang dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan sehingga penduduk usia produktif tersebut dituntut untuk lebih
potensial dan aktual.
Penduduk usia produktif menjadi
peran utama dalam pemanfaatan bonus demografi ini. Namun apabila kita melihat kenyataan
nya sampai tahun ini, tingkat pengangguran dari tahun ke tahun itu semakin
meningkat sesuai dengan data yang saya sampaikan dari video dibawah ini, mari
kita saksikan:
Banyak sekali faktor-faktor yang
menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah pernikahan di usia dini.
Mungkin kita berpendapat bahwa menikah
di usia dini itu rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan
karena tradisi ataupun karena dampak dari perekonomian kedua orangtua yang terpaksa
menikahkan anaknya di usia dini agar tidak lagi menjadi tanggungan untuk kedua
orang tuanya. Padahal pada faktanya, di perkotaan pun angka pernikahan di usia
dini sudah semakin meningkat. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/22/nfemrm-walah-tren-pernikahan-dini-di-perkotaan-malah-meningkat)
Banyak sekali alasan mengapa angka
pernikahan usia dini di perkotaan pun semakin meningkat, diantaranya adalah
para remaja di perkotaan menganggap bahwa jika mereka tidak menikah di usia
dini itu berarti bahwa mereka tidak mengikuti trend jaman yang berkembang. Yang
lebih menyayat hati karena angka pelaku seks bebas yang juga kian meningkat di
perkotaan.
Presentase Hubungan Seks Bebas yang dilakukan oleh Remaja di Indonesia |
Tentunya tidak ada satupun orangtua yang ingin dirugikan, mungkin
khususnya dari pihak wanita. Tentunya para orangtua pasti ingin kecelakaan yang
terjadi pada anaknya segera dipertanggung jawabkan dan hal ini menyebabkan
angka pernikahan di usia dini terus meningkat.
Padahal, usia-usia mereka itu usia
yang sangat memiliki potensi untuk dapat berkontribusi dalam upaya memanfaatkan
bonus demografi yang akan kita rasakan 5 tahun lagi. akan tetapi hal ini malah
menghambat pemanfaatan bonus demografi
yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik.
Tidak kah kita sadari bahwa
sebenarnya hal tersebut merupakan sentilan halus agar kita sebagai bangsa
Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk memanfaatkan kesempatan ini
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mempunyai keterampilan yang berkualitas.
Maka dari itu, pemanfaatan bonus
demografi dengan baik itu perlu kita lakukan dari sekarang. Lebih cepat lebih
baik. Mulai lah dari hal yang terkecil dulu. Mulai dari diri kita sendiri.
Apakah kita sendiri sudah merasa mampu secara kualitas untuk memasuki usia
produktif? Bila perlu kita harus senantiasa aktualisasi diri agar kita tidak
pernah merasa puas dengan apa yang ada dalam diri kita juga kualitas yang ada
pada diri kita akan meningkat. Selain itu, untuk menekan angka pernikahan usia dini
di negara kita, BKKBN sudah mencanangkan program GenRe (Generasi Berencana)
yang memiliki andil untuk berperan agar tercapainya Bonus demografi yang kita
harapkan.
Namun tetap harus kita ingat bahwa
hal itu bukan berarti hanya tugas dari BKKBN saja, tetapi kita juga perlu andil
dalam melancarkan program tersebut, salah satunya dengan sosialisasi ke
teman-teman terdekat kita. Dengan menuntun ilmu hingga ke perguruan tinggi agar
bisa menjadi manusia di tahap produktif yang mengerti tentang bidang pekerjaan
yang akan di tekuni. Karena dengan tidak mengikuti pendidikan di jenjang
perguruan tinggi ini menjadi salah satu factor tidak tercapainya bonus
demografi. Selain itu menurut saya masyarakat juga perlu:
- Ikut mengupayakan lahirnya generasi produktif yang berkualitas, sehat jasmani rohani, kreatif, dan berdaya saing. Setiap keluarga harus berupaya menjaga asupan gizi, menjaga ketekunan dalam kehidupan religius, dan menumbuhkan kreativitas bagi anak-anaknya.
- Meningkatan ekonomi keluarga melalui pengembangan usaha berbasis rumah tangga (wirausaha).
- Menumbuhkan mental wirausaha di kalangan generasi muda. Dengan demikian pada usia produktif mereka tak hanya bergantung pada keberadaan lapangan kerja, sebaliknya berupaya menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Cara-cara
di atas hanya saran saya mengenai peran masyarakat dalam pencapaian bonus
demografi. Contoh di atas hanya sekedar opini saya,
tentunya kita masih bisa memikirkan apa bentuk pertisipasi kita terhadap perkembangan
positif negara, agar semakin maju.
Akhirnya
kita paham bahwa pastinya seluruh elemen bangsa menyimpan harapan besar agar
fase bonus demografi terutama pada puncaknya ‘window of opportunity’ menjadi
peluang emas bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Harapan yang dilengkapi dengan persiapan matang menjadi satu-satunya pilihan.
Ditulis oleh:
Azmi Muthi Azzahra
41614010015
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri
Universitas Mercu Buana
3 Juni 2015 pukul 18.40
Keseriusan akan dampaknya pengangguran yang semakin merajalela ini sudah sepatutnya menjadi pusat perhatian, kita jangan menunggu terlalu kebijakan dari pemerintah, namun kita sebagai mahasiswa harus bisa menjadi penggerak atau pelopor keberhasilan ketenagakerjaan di Indonesia, salah satunya dengan membuat lapangan pekerjaan sendiri dengan segala daya keterampilan dan kempetitif yang ada pada diri kita. Salam mahasiswa!
3 Juni 2015 pukul 18.45
Pemerintah dan masyarakat harus saling pengertian mengenai kondisi kependudukan Indonesia yang sudah overweight ini, jangan hanya banyak bicara tanpa tindakan nyata. Kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya merasa malu dengan negara luar yang dapat meminimalisir masalah kependudukan