Kerusakan Lingkungan Tingkatkan Risiko Bencana

Kerusakan lingkungan meningkat risiko bencana di berbagai negara termasuk di Indonesia. Tingkat kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan, terutama di negera-negara kepulauan seperti Indonesia.
Korelasi antara tingkat kerusakan lingkungan dan risiko bencana ini terungkap dariWorld Risk Report (Laporan Risiko Dunia) 2012 yang diluncurkan oleh German Alliance for Development Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) di Brussels, Belgia, awal Oktober ini.
World Risk Report mencatat sepanjang 2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130 bencana di seluruh dunia yang mengakibatkan lebih dari 1 juta meninggal dunia dan kerugian material mencapai US$1,195 triliun. Laporan Risiko Dunia ini juga membuat World Risk Index (Indeks Risiko Dunia) yang memeringkatkan 173 negara berdasarkan risiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bencana alam.
10 negara dengan peringkat tertinggi atas resiko bencana akibat kerusakan alam adalah: Vanuatu (63,66%), Tonga (55,27%), Filipina (52,46%), Jepang (45,91%), Costa Rica (42,61%), Brunei Darussalam (41,10%), Mauritius (37,35%), Guatemala (36,30%), El Salvador (32.60%), dan Bangladesh (31.70%). Sedangkan negara dengan risiko bencana terendah adalah Malta dan Qatar.
Indonesia sendiri, berdasarkan Indeks Risiko Dunia ini berada di peringkat ke-33 dengan nilai 10,74%. Meskipun begitu Indonesia masih termasuk negara berisiko tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, erosi, kenaikan air laut, abrasi pantai, dan badai.
Terumbu karang meminimalkan risiko bencana
Dalam laporan ini, kerusakan alam mempunyai dampak nyata terhadap peningkatan risiko bencana. Sebaliknya, alam mempunyai kemampuan untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Salah satunya adalah terumbu karang dan mangrove, menurut Dr Michael Beck, Ilmuwan The Nature Conservancy, sekitar 200 juta orang di dunia yang sangat berisiko jika terumbu karang rusak. 200 juta orang tersebut paling banyak tersebar di 7 negara yaitu Indonesia dan India (masing-masing 35 juta orang), Filipina (20 juta), China (15 juta), Brazil, Vietnam, dan Amerika Serikat (seluruhnya 7 juta).
Dari rilis ini bisa diketahui bahwa kelestarian terumbu karang di pesisir Indonesia menjadi benteng bagi lebih dari 35 juta penduduk Indonesia yang mendiami daerah pantai. Rusaknya terumbu karang akan meningkatkan risiko bencana terhadap mereka. Padahal luas terumbu karang di Indonesia tidak kurang dari 85 ribu km2. Sayangnya dari seluruh luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia, menurut berbagai studi, hanya berkisar 30% saja yang dalam kondisi bagus.
Laporan Risiko Bencana ini haruslah segera menjadi peringatan bagi kita semua untuk segera menghentikan kerusakan lingkungan, termasuk kerusakan terumbu karang, yang terus terjadi di Indonesia. Alam, dengan caranya, telah melindungi kita dari berbagai bencana, sudah seharusnya kita menjaga alam dan menghentikan kerusakan alam.

Referensi dan gambar:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Kerusakan Lingkungan Tingkatkan Risiko Bencana"

Posting Komentar